Selasa, 26 Juli 2011

Terowongan Tanpa Ujung

    Perasaanku sangatlah senang ketika mengantri untuk mendapatkan tanda tangan Wimar Witoelar di buku yang baru diterbitkannya yang berjudul Wimar Witoelar Still More About Nothing. Akupun sudah tidak sabar untuk mulai membacanya.

    Setelah mendapatkan tanda tangan Wimar Witoelar aku langsung membacanya di gerai Cold Stone tempat peluncuran buku tersebut berlangsung. Ice cream yang sedang ku pegang aku berikan kepada umiku, karena aku ingin membaca buku tersebut dan tidak lagi tertarik kepada ice cream itu. Aku terus membaca, juga ketika umiku mengajakku untuk makan malam di salah satu rumah makan. Bacaanku terpaksa berhenti di halaman 118 sebelum artikel berjudul Sungai Es Eyjafjalla, ketika hidanganku sudah tersajikan di meja.

    Dari artikel-artikel di buku Wimar Witoelar Still More About Nothing yang sudah aku baca, aku paling suka dengan artikel yang berjudul Terowongan dan Ujungnya.

    Terowongan Mont Black terbayang terus dalam imajinasiku. Aku membayangkan bagi sebagian orang yang mengemudikan kendaraannya sepanjang terowongan Mont Black, setelah orang itu sampai ke tengah terowongan, seolah-olah terowongan tersebut tanpa ujung, karena ketika dilihat di kaca spion, melihat ke belakang terowongan berkepanjangan makin lama makin kecil hilang dalam kegelepan. Terlebih lagi ketika melihat kedepan, juga tidak ada tanda-tanda ujung terowongan itu. Dan masalah terberat adalah mengatasi disorientasi apalagi jika  orangnya mempunyai perasaan claustrophobia, yaitu ketakutan berada di ruang tertutup. Dan lagi mengemudi di jalur yang hanya pas untuk dua jalur arah berlawanan dengan di kiri kanan tembok tidak terputuskan.

    Sekarang aku mau meneruskan membaca artikel-artikel selanjutnya. Asyik-Asyik!!! aku sungguh senang membaca buku Wimar Witoelar Still More About Nothing ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar